Karena hampir bisa dipastikan, kalian yang tidak diduga-duga ditunjuk, atau memilih mencari/menerima job sebagai fotografer , tentu sudah memiliki pengetahuan dasar teknis fotografi yang relatif memadai.
Kalau pun ada perasaan pengetahuan tersebut dianggap kurang, saya percaya ini lebih kepada faktor pengalaman atau jam terbang, dan bukan karena faktor ketidakmampuan.
kemampuan diri sendiri
Mengetahui sampai sejauh mana kemampuan diri sendiri adalah sesuatu hal yang bijaksana.
kemampuan diri sendiri
Mengetahui sampai sejauh mana kemampuan diri sendiri adalah sesuatu hal yang bijaksana.
Bila yang pro saja masih berpotensi melakukan kesalahan, apalagi kita sebagai fotografer pemula, bukan?
Sebelum melangkah lebih jauh—khusus bagi yang baru pertama kali terjun—pastikan diri kalian siap, baik secara lahir mau pun bathin, dengan segala macam resiko atau konsekuensi yang terkandung dalam sebuah kegiatan fotografi .
Ingat! Kita akan/sedang mengerjakan dokumentasi momen mereka. Bahkan pasangan yang pada awalnya tak peduli sekali pun—yang langsung percaya pada kita tanpa background check terlebih dahulu—tetap bakal kecewa kalau hasil foto fotografer pilihan mereka di bawah standar rata-rata. Blur di sana, under exposure di sini, over exposure di situ, dan lain sebagainya.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah, saya tidak sedang menjatuhkan semangat kalian. Ini lebih kepada berbagi pengalaman agar kalian lebih mempersiapkan diri sebelum sesuatu yang buruk benar-benar terjadi.
Artinya, audience foto kita tidak hanya terbatas pada kedua mempelai saja, melainkan juga anggota keluarga besar mereka. Tingkat kekecewaan kedua mempelai bisa teramplifikasi lewat banyaknya jumlah anggota keluarga mereka yang sama kecewanya (setelah melihat hasil foto kita), begitu pun sebaliknya dengan tingkat kepuasan. Which side will you fall for? It’s your call.
Sebelum melangkah lebih jauh—khusus bagi yang baru pertama kali terjun—pastikan diri kalian siap, baik secara lahir mau pun bathin, dengan segala macam resiko atau konsekuensi yang terkandung dalam sebuah kegiatan fotografi .
Ingat! Kita akan/sedang mengerjakan dokumentasi momen mereka. Bahkan pasangan yang pada awalnya tak peduli sekali pun—yang langsung percaya pada kita tanpa background check terlebih dahulu—tetap bakal kecewa kalau hasil foto fotografer pilihan mereka di bawah standar rata-rata. Blur di sana, under exposure di sini, over exposure di situ, dan lain sebagainya.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah, saya tidak sedang menjatuhkan semangat kalian. Ini lebih kepada berbagi pengalaman agar kalian lebih mempersiapkan diri sebelum sesuatu yang buruk benar-benar terjadi.
Artinya, audience foto kita tidak hanya terbatas pada kedua mempelai saja, melainkan juga anggota keluarga besar mereka. Tingkat kekecewaan kedua mempelai bisa teramplifikasi lewat banyaknya jumlah anggota keluarga mereka yang sama kecewanya (setelah melihat hasil foto kita), begitu pun sebaliknya dengan tingkat kepuasan. Which side will you fall for? It’s your call.
Memiliki peralatan fotografi sendiri
Modal awal sangat besar. Jika sebelumnya sudah memiliki perangkat sendiri, abaikan poin ini.
Margin keuntungan yang diperoleh untuk setiap sesi foto relatif lebih tinggi ketimbang harus sewa,
Tidak perlu antar-jemput peralatan, baik sebelum mau pun setelah digunakan. Oke.
Beberapa tempat penyewaan kamera dan peralatan fotografi memang menyediakan fasilitas ini, namun bagaimana kalau ternyata timing pengantaran mereka meleset? Ini pernah saya alami dan sangat berbahaya! Pertaruhannya tentu saja image kita—yang rencananya hendak dibangun.
Kita lebih aware terhadap performance peralatan yang dimiliki.
Kita lebih aware terhadap performance peralatan yang dimiliki.
Performance peralatan pribadi relatif lebih baik ketimbang peralatan sewaan (walau tidak selalu begitu), karena ia hanya digunakan pada saat ada pekerjaan saja, dan hampir bisa dipastikan jarang berpindah-pindah tangan.
Sementara kamera sewaan, apalagi tempat sewanya cukup tenar, peluang peralatan fotografi berpindah-pindah tangan tentu sangat tinggi, dan itu secara otomatis pula akan mempercepat umur pakai. Pada kamera, performance sensor adalah yang paling gampang diidentifikasi. Sensor kamera yang terlalu sering digunakan biasanya akan membuat warna foto terlihat lebih pucat.
Menyewa peralatan fotografi
Modal awal relatif lebih kecil,Margin keuntungan sedikit banyak terpengaruh.
Rentang pemilihan peralatan yang diinginkan lebih luas. Dari low hingga ke level advanced. Namun kelemahannya adalah, semakin tinggi spek/spesifikasi peralatan, semakin tinggi pula biaya sewa yang harus dikeluarkan—dan secara otomatis turut mempengaruhi margin keuntungan.
Selain itu, biaya sewa peralatan ini umumnya akan jadi lebih mahal pada saat akhir pekan dan musim kawin.Tak perlu mengeluarkan biaya dan/atau tenaga untuk merawat perlengkapan fotografi sebagaimana jika kita memilikinya sendiri.
Dengan menyewa, sadar atau tidak, sebenarnya kita juga turut melakukan yang namanya me-review. Seiring perjalanan waktu, kita jadi tahu perangkat mana saja yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan dan layak digunakan, mana pula yang tidak. Jadi, seandainya suatu saat nanti ada rejeki dan memutuskan untuk membeli, modal praktek langsung di lapangan bisa digunakan sebagai acuan.
Kenali klien/calon mempelai
Setiap orang/klien/calon mempelai punya karakter yang berbeda-beda. Ada yang perfeksionis, ada yang serius tapi santai, ada yang masa bodoh, ada pula yang sulit ditebak. Sekarang minta A, besok ganti B. Begitu B terpenuhi, eh, malah minta kembali ke A lagi.
Untuk menangani tipe klien beragam seperti ini, komunikasi mutlak diperlukan. Dengan komunikasi, kita jadi tahu apa keinginan pelanggan. Begitu pun sebaliknya. tahui apa yang bisa mereka harapkan dari memilih kita sebagai fotografer mereka.
Mulai dari kerabat atau teman sendiri
Sejauh yang saya ketahui, fotografer pemula umumnya memulai karir mereka lewat perantara hubungan kekerabatan atau pertemanan—setidaknya
beberapa teman yang berprofesi sebagai tukang potret (kebanyakan dijadikan pekerjaan sampingan), memulai dari jalur ini. Bisa awalnya hanya dimintai tolong saja – yang penting ada dokumentasi, bisa sebagai fotografer cadangan, bisa juga langsung didaulat menjadi fotografer inti.Mulai dari kerabat atau teman sendiri
Apakah klien pertama yang datangnya dari hubungan kekerabatan atau pertemanan ini pernah melihat hasil foto mereka?
Seharusnya pernah.
Apakah kemampuan fotografi dan hasil foto mereka baik?
Yah, minimal standar-lah, karena secara logika tidak mungkin juga mereka bakal dimintai tolong kalau hasil fotonya jelek. Bukan begitu?
Kelebihan memulai dari kerabat atau teman sendiri adalah, kita bisa mempelajari hal-hal yang terkait fotografi pernikahan dengan cara yang lebih mudah. Mulai dari proses negosiasi, penguasaan diri saat bergerak dan memotret di depan orang banyak, hingga delivery hasil akhir.
Minimal, perasaan canggung saat menghadapi orang lain tidak sebesar jika kita harus menghadapi klien (dan anggota keluarganya) yang nota bene adalah orang asing bagi kita.
Setiap orang/klien/calon mempelai punya karakter yang berbeda-beda. Ada yang perfeksionis, ada yang serius tapi santai, ada yang masa bodoh, ada pula yang sulit ditebak. Sekarang minta A, besok ganti B. Begitu B terpenuhi, eh, malah minta kembali ke A lagi.
Untuk menangani tipe klien beragam seperti ini, komunikasi mutlak diperlukan. Dengan komunikasi, kita jadi tahu apa keinginan pelanggan. Begitu pun sebaliknya. tahui apa yang bisa mereka harapkan dari memilih kita sebagai fotografer mereka.
Mulai dari kerabat atau teman sendiri
Sejauh yang saya ketahui, fotografer pemula umumnya memulai karir mereka lewat perantara hubungan kekerabatan atau pertemanan—setidaknya
beberapa teman yang berprofesi sebagai tukang potret (kebanyakan dijadikan pekerjaan sampingan), memulai dari jalur ini. Bisa awalnya hanya dimintai tolong saja – yang penting ada dokumentasi, bisa sebagai fotografer cadangan, bisa juga langsung didaulat menjadi fotografer inti.Mulai dari kerabat atau teman sendiri
Apakah klien pertama yang datangnya dari hubungan kekerabatan atau pertemanan ini pernah melihat hasil foto mereka?
Seharusnya pernah.
Apakah kemampuan fotografi dan hasil foto mereka baik?
Yah, minimal standar-lah, karena secara logika tidak mungkin juga mereka bakal dimintai tolong kalau hasil fotonya jelek. Bukan begitu?
Kelebihan memulai dari kerabat atau teman sendiri adalah, kita bisa mempelajari hal-hal yang terkait fotografi pernikahan dengan cara yang lebih mudah. Mulai dari proses negosiasi, penguasaan diri saat bergerak dan memotret di depan orang banyak, hingga delivery hasil akhir.
Minimal, perasaan canggung saat menghadapi orang lain tidak sebesar jika kita harus menghadapi klien (dan anggota keluarganya) yang nota bene adalah orang asing bagi kita.
0 komentar:
Post a Comment