This is default featured slide 3 title

One Lix Photography Portal of Photography World

One Lix Photography Portal of Photography World

This is default featured slide 5 title

One Lix Photography Portal of Photography World

Sunday, January 20, 2019

Mengenal Photojournalism


          Photojournalism adalah bentuk jurnalisme tertentu (pengumpulan, pengeditan, dan penyajian bahan berita untuk publikasi atau penyiaran) yang menggunakan gambar untuk menyampaikan berita. 

          Sekarang biasanya dipahami hanya merujuk ke gambar diam, tetapi dalam beberapa kasus istilah ini juga mengacu pada video yang digunakan dalam jurnalisme siaran. 

         Photojournalism dibedakan dari cabang fotografi yang dekat lainnya (misalnya, fotografi dokumenter, fotografi dokumenter sosial, fotografi jalanan atau fotografi selebriti) dengan mematuhi kerangka kerja etis yang kaku yang menuntut agar karya tersebut jujur ​​dan tidak memihak sambil menceritakan kisah dalam istilah jurnalistik yang ketat . 

         Wartawan foto membuat gambar yang berkontribusi pada media berita, dan membantu komunitas terhubung satu sama lain. Wartawan foto harus memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup tentang peristiwa yang terjadi tepat di luar pintu mereka. Mereka menyampaikan berita dalam format kreatif yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur.

         Seperti seorang penulis, jurnalis foto adalah seorang reporter, tetapi ia harus sering membuat keputusan secara instan dan membawa peralatan fotografi, seringkali ketika dihadapkan pada hambatan yang signifikan (mis. Bahaya fisik, cuaca, keramaian, akses fisik)



Apa Itu ISO Dalam Photography


           Dalam Photography tradisional ISO merupakan indikasi seberapa sensitif sebuah film foto terhadap cahaya. ISO diukur dalam nilai angka ( 100, 200, 400, 800 dll ). Semakin rendah nilai angkanya semakin rendah sensitifitas dari film foto dan semakin halus bercak noise pada foto yang di ambil.

           Setting ISO yang bernilai tinggi pada umumnya diterapkan pada keadaan yang lebih gelap atau kurang pencahayaan untuk mendapatkan shutter speeds yang lebih cepat. Sebagai contoh saat mengambil gambar objek pada stadion olahraga indoor. Saat kita ingin mem-freeze aksi olahragawan dalam keadaan minim pencahayaan. Namun perlu dicermati semakin tinggi ISO yang kita pilih semakin banyak noise yang akan kita dapat dalam foto. 

            Dalam Photography digital, ISO merupakan tolak ukur sensitifitas dari sensor gambar. Prinsip yang sama yang diterapkan dalam fotografi tradisional yang menggunakan film foto. Semakin rendah nilai angkanya semakin rendah sensitifitas dari film foto dan semakin halus bercak noise pada foto yang di ambil.Nilai ISO 100 umumnya menghasilkan gambar normal dan idealnya menghasilkan foto yang minim noise.


           Kebanyakan orang cenderung menggunakan kamera digital dalam mode “Auto” dimana kamera secara otomatis akan memilih pengaturan ISO yang sesuai berdasarkan kondisi saat anda menekan tombol shutter ( sistem auto kamera akan berupaya membuat nilai ISO serendah mungkin ) tapi kebanyakan kamera juga menyediakan fitur untuk memilih nilai ISO sesuai yang kita inginkan.

           Saat kita menggunakan kamera dan memilih setting ISO tertentu, kita akan menyadari bahwa hal itu akan memberikan pengaruh terhadap setting aperture dan shutter speed untuk mendapatkan foto yang baik well exposed. Sebagai contoh jika kita meninggikan nilai ISO dari 100 menjadi 400 kita akan menyadari bahwa kita bisa mengambil gambar pada shutter speed yang lebih tinggi dan aperture yang lebih kecil.

           Jika terdapat banyak cahaya dan menginginkan hasil yg jernih, menggunakan tripod dan objek foto dalam keadaan diam, maka sangat dianjurkan menggunakan ISO yang rendah.

           Jika kondisi gelap / minim cahaya, kita menginginkan gradasi , tidak menggunakan tripod, objek dalam keadaan bergerak, disarankan untuk meningkatkan nilai ISO ke settingan tinggi. Jadi hal tersebut dapat membuat kita memotret dengan shutter speed cepat dan tetap sempurna dalam memotret objek foto. Namun tentunya efek dari meninggikan nilai ISO akan berdampak pada meninggkatnya noise pada gambar.

           ISO adalah bagian penting dalam dunia fotografi digital yang sangat perlu untuk dipahami, jika kita ingin memperoleh control lebih pada kamera kita. Uji coba dengan settingan ISO yang berbeda dapat memberikan wawasan bagi kita bagaimana pengaruh nilai ISO terhadap hasil gambar

Hal Yang Perlu Diketahui Photographer Pemula


             Dalam fotografi, teknik pencahayaan dapat porsi terbesar, setelah itu tentang focusing. Kalau ngomongin pencahayaan, maka yang kita bahas adalah aperture atau diafragma, kemudian kecepatan rana, dan yang terakhir adalah ISO. Kalau soal focusing, serahkan aja sama kecerdasan kamera dan lensa. Maksudnya, pakai auto focus aja. Simpel.

             Kecepatan rana atau shutter speed, ini yang mengatur lamanya cahaya yang terekam oleh film atau sensor kamera. Semakin lama kita membuka rana, misal 1 atau 5 detik, maka makin banyak cahaya yang terekam. Sebaliknya, kalau kita atur kecepatan pada 1/30 atau 1/250 detik, maka makin sedikit cahaya yang terekam. 

            Selain tentang cahaya, kecepatan rana ini punya efek menghentikan gerakan. Makin cepat shutter speed, maka benda yang bergerak akan terlihat diam. Kalau mau bikin foto levitasi, ya pakailah kecepatan 1/200, 1/500 detik dan seterusnya.

             Sekarang tentang isi pesan dalam sebuah foto. Pasti semua sudah tahu bahwa kata ’photography’ itu serapan dari bahasa Yunani, yaitu ’photos’ yang berarti cahaya dan ’grafos’ yang punya arti menulis. Coba browsing juga tentang camera obscura. Pasti nanti akan lebih jelas. Singkatnya, fotografi adalah bahasa gambar.

            Karena fotografi adalah bahasa gambar, penting bagi kita untuk memahami aperture, shutter speed dan ISO karena mereka bertiga itu yang berkaitan dengan cahaya. Ibaratnya gini deh, enggak akan mungkin kita berkomunikasi dengan orang asing kalau kita tidak menguasai bahasa yang sama. Nah, dalam fotografi ini bahasanya adalah cahaya. Jadi mau nggak mau ya itulah yang harus kita pelajari dahulu.

             Kalau pencahayaan sudah dipelajari dan kita sudah bisa membuat foto yang berbicara, maka hal selanjutnya yang gak kalah penting adalah tentang artistik. Sisi artistik ini tentang keindahan sebuah foto, ini bisa diciptakan melalui komposisi. Masalahnya adalah, komposisi tidak bisa diatur oleh kamera. 

             Fotografernya yang harus menentukan komposisi seperti apa yang mau dipakai dalam sebuah foto. Ini murni tentang rasa, tentang kepekaan kita menangkap moment, tentang bagaimana kita menciptakan sebuah foto yang nyaman dilihat. Kuncinya ya harus sering melihat foto hasil karya orang lain yang bagus dan kemudian melatih diri sendiri supaya bisa membuat karya yang baik juga.

           ISO, ini mengatur sensitivitas sensor kamera terhadap cahaya. Kalau memotret di tempat terang, pakai ISO rendah, misalnya ISO 100 atau 200. Jika kondisi cahaya kurang, pakai ISO tinggi, misal ISO 800 atau ISO 1600. 

           Tapi hati-hati, semakin tinggi ISO biasanya kualitas cahaya yang terekam akan menurun. Lalu bisa nggak kita motret dalam kondisi kurang cahaya dengan ISO rendah? Ya bisa. Coba seting dengan aperture besar. Atau mainkan shutter speed rendah. Atau, yang paling gampang adalah, pakai-bantuan-lampu-flash. Gampang tho?





             Banyak juga foto yang pencahayaannya biasa saja tapi terlihat menarik karena moment yang tertangkap sangat pas atau si fotografer bisa memaksimalkan komposisinya. Ini sering terjadi pada foto jurnalistik atau pada genre streetphotography.

             Aperture, ini biasanya ditandai dengan angka ’f’ atau f/stop. Ini yang menentukan banyaknya cahaya yang masuk. Urutan f/stop dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah: f/1 – f/1,4 – f/2 – f/2.8 – f/4 – f/5,6 – f/8 – f/11 – f/11 – f/16 – f/22.

            Kenapa angka yang kecil justru melambangkan bukaan diafragma besar? Ndak usah bingung, bayangin aja ’f’ ini adalah pizza. Jadi kalau misalnya f/2, kita bacanya ‘pizza dibagi 2’. Ini tentu lebih besar dibanding dengan potongan f/16 atau ‘pizza dibagi 16’. Bener ndak?

            Kalau cahaya kita anggap sebagai rumah, maka komposisi ini bisa diibaratkan seperti cara mengatur interior rumah supaya nyaman untuk dihuni. Salah satu cara untuk bisa menciptakan ruangan yang nyaman adalah dengan cara melihat buku-buku desain interior lalu kemudian kita coba terapkan di rumah kita dengan berbagai penyesuaian dengan kondisi yang ada. Ya sama aja dengan foto, cari referensi lalu kemudian praktekan.

Mengenal ISTILAH Dalam Dunia Photography


          Belajar fotografi Itu Tidak Sulit Asal Kita Mempunyai Niat Dan Kalau Bisa Harus Mencintainya.

          Dan Kita juga Banyak Tahu Dunia Photography Mengapa ? Karena pasti istilah itu akan sering digunakan banyak orang dalam membicarakan hal-hal berkaitan dengan apa yang kamu tekuni itu. Nah, kalau dalam fotografi apa ya istilah-istilah dasarnya? Yuk mulai, inilah istilah-istilah fotografi.


AF : Auto fokus

AutoFocus : Fokus otomatis; keadaan dimana fokus lensa bekerja otomatis dalam waktu yang relatif cepat.

Angle of View : Sudut pandang dalam pengambilan objek foto

AR Range : Tingkat terang cahaya dimana sistem autofocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV

APS : Advance Photo System

Back light : Pencahayaan yang berasal dari belakang objek foto

Battery Grip : Aksesoris tambahan yang dipasang di base kamera berisi baterai. Bisa berupa baterai bawaan kamera atau baterai AA (tambahan).

Blitz/speedlight/flash : Alat bantu dalam pemotretan yang memancarkan sinar secara cepat untuk memberikan pencahayaan ke objek

BOKEH : Bidang blur/out of focus; hasil dari depth of field.

Bounce : Cahaya lampu kilat yang dipantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya yang didapatkan merata menerangi objek.

Croping : Memotong bagian atau sisi tertentu dari bidang foto

Cross Process : Proses silang. Biasanya dilakukan pada film positif (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna-warna baru pada foto.

CPL : Circular Polaraizing.

DIL : Drop in Loading.

DIR : Development Inhibitor Releaser

DRAM : Data Random Acces Memory

Esay foto : Merangkai foto menjadi cerita bertema

ESP : Electro Selective Pattern; sistem pengukuran cahaya otomatik di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar.

EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Contoh, EV=0 kekuatan pada diagframa f/1,0 kecepatan 1 detik.

Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu.

Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik.

Exposure : Hasil pengaturan bukaan diagframa dan shutter speed yang menentukan pencahayaan objek.

Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan; membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang.

Exposure Mode : Modus pencahayaan; umumnya ada 4 tipe manual, aperature priority, shutter priority dan auto.

FID : Film strip Identification number.

Fill in Flash : Blitz pengisi; dalam kondisi tidak memerlukan blitz, ia tetap menyala untuk menerangi bagian yang gelap, seperti bayangan.

Filter : terbuat dari sistem optik yang dipasang pada bagian depan lensa.

Fish Eye : Lensa dengan sudut lebar ukuran 16mm ke bawah (gambar yang dihasilkan akan terlihat melengkung).

Focusing Screen : Layar focus.

Flash Sync : Sinkron kilat; kecepatan maksimum agar body dan flash bekerja harmonis.

Golden Section : Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai bila suatu bidang merupakan kesatuan dari dua bidang yang berhubungan.

GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz, merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diagframa.

Lens Mount : Dudukan lensa.

Lens Hood : Tudung lensa.

Main Light : Cahaya pengisi/tambahan

MF : Manual fokus.

Monopod : Penyangga satu kaki untuk kamera.

Multispot : Pengukuran cahaya dari beberapa titik.

Noise : Bintik-bintik tak beraturan. Biasanya karena penggunaan senor sebuah kamera digital yang diset high.

Over Exposure : Pemotretan dengan cahaya yang berlebihan sehingga menimbulkan efek terlalu terang.

Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak.

Pull dan Push : Push merupakan peningkatan kepekaan film dalam pemotretan. Contoh dari ISO 100-200/lebih; Pull merupakan kebalikannya, yaitu penurunan kepekaan film.

Red Eye : Efek titik merah pada mata objek karena pantulan lampu flash.

Red eye reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari.

Reverse Ring : Digunakan untuk memasang lensa yang dibalik; membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor.

Second curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup.

Shutter : Rana

Shutter Speed : Pengaturan kecepatan tutup ‘jendela’ kamera dalam menangkap pencahayaan yang masuk.

Siluet : teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menampilkan detilnya.

SLR : Single Lens Reflect; Kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma.

Super wide : Lensa dengan panjang vokal yang sangat pendek, sehingga gambar yang ditangkap memiliki sudut pandang sangat lebar (panjang vokal kurang dari 20mm).

TLR : Twin Lens Reflect; kamera yang menggunakan dua lensa. Satu untuk melihat, lainnya untuk meneruskan cahaya ke film.

Tripod : Penyangga 3 kaki untuk kamera.

TTL : Through The Lens; Sistem pengukuran cahaya melalui lensa

Vertical Grip : Alat pelepas rana untuk pengambilan secara vertikal tanpa harus memutar tangan.

Vignette : Lingkaran gelap sekeliling foto. Umumnya terjadi saat menggunakan lensa sudut lebar.

Wide lens : Lensa lebar, mempunyai jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50mm.

Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa kabel.

Akan sangat disayangkan kalau kalian nggak memperlajari istilah-istilah tersebut yang tentunya akan memudahkan kalian. Jangan dulu dengan istilah yang rumit, mulai lah dengan yang mudah dan dasar

Apa Itu Documentary photography


          Fotografi dokumenter biasanya mengacu pada bentuk fotografi populer yang digunakan untuk mencatat peristiwa atau lingkungan yang signifikan dan relevan dengan sejarah dan peristiwa bersejarah serta kehidupan sehari-hari. 

         Ini biasanya diliput dalam jurnalisme foto profesional, atau reportase kehidupan nyata, tetapi mungkin juga merupakan pencarian amatir, artistik, atau akademis.

         Fotografi dokumenter umumnya berkaitan dengan proyek jangka panjang dengan alur cerita yang lebih kompleks, sementara foto jurnalistik lebih mementingkan berita. Kedua pendekatan tersebut seringkali tumpang tindih. 

         Beberapa ahli teori berpendapat bahwa foto jurnalistik, yang memiliki hubungan dekat dengan media berita, lebih banyak dipengaruhi daripada fotografi dokumenter karena kebutuhan untuk menghibur khalayak dan memasarkan produk.

        Sejak akhir 1970-an, penurunan fotografi yang diterbitkan majalah berarti forum tradisional untuk pekerjaan seperti itu menghilang. 

        Banyak fotografer dokumenter kini berfokus pada dunia seni dan galeri cara mempersembahkan karya mereka dan mencari nafkah. Fotografi dokumenter tradisional telah menemukan tempat di galeri fotografi berdedikasi bersama seniman lain yang bekerja di bidang lukisan, patung, dan media modern

Pengertian Fotografi konseptual


             Fotografi konseptual adalah jenis fotografi yang menggambarkan ide. Ada foto-foto ilustratif yang dibuat sejak penemuan media, misalnya dalam foto-foto yang dipentaskan paling awal, seperti Potret Diri Hippolyte Bayard sebagai Manusia Tenggelam (1840). Namun, istilah Fotografi Konseptual berasal dari Seni Konseptual gerakan akhir 1960-an. Hari ini istilah ini digunakan untuk menggambarkan metodologi atau genre.

            Fotografi konseptual adalah jenis fotografi yang dipentaskan untuk mewakili suatu gagasan. 'Konsep' keduanya terbentuk sebelumnya dan, jika berhasil, dapat dipahami dalam gambar yang lengkap. Hal ini paling sering terlihat dalam iklan dan ilustrasi di mana gambar dapat mengulangi judul atau slogan yang menyertainya.

              Istilah ' Fotografi konseptua yang digunakan untuk menggambarkan suatu genre dapat merujuk pada penggunaan fotografi dalam Seni Konseptual atau dalam fotografi seni kontemporer. Dalam kedua kasus, istilah ini tidak banyak digunakan atau diterapkan secara konsisten.

              Seni konseptual pada akhir 1960-an dan awal 1970-an sering melibatkan fotografi untuk mendokumentasikan pertunjukan, patung atau tindakan sesaat. Para seniman tidak menggambarkan diri mereka sebagai fotografer, misalnya Edward Ruscha berkata, "Fotografi hanyalah tempat bermain bagi saya. Saya sama sekali bukan fotografer."

             Seniman-seniman ini kadang-kadang disebut sebagai fotografer konseptual tetapi mereka yang menggunakan fotografi secara luas. seperti John Hilliard dan John Baldessari dan Pedram Mousavi lebih sering digambarkan sebagai photoconceptualists atau "seniman yang menggunakan fotografi".

               Sejak tahun 1970-an seniman menggunakan fotografi seperti Cindy Sherman dan terakhir Thomas Ruff dan Thomas Demand telah digambarkan sebagai konseptual. Meskipun pekerjaan mereka umumnya tidak menyerupai estetika seni konsepsi 1960-an, mereka dapat menggunakan metode tertentu yang sama seperti mendokumentasikan kinerja (Sherman), tipologi atau gambar serial (Ruff) atau mengembalikan peristiwa (Demand). 

             Kenyataannya, hutang kepada pendekatan ini dan pendekatan lain dari Seni Konseptual begitu tersebar luas dalam fotografi seni rupa kontemporer sehingga hampir semua karya dapat digambarkan sebagai konseptual. Istilah ini mungkin telah digunakan secara khusus dalam arti negatif untuk membedakan beberapa fotografi seni kontemporer dari fotografi dokumenter atau Photojournalism. Perbedaan ini telah dibuat dalam liputan Hadiah Fotografi Deutsche Börse. 

             Fotografi konseptual sering digunakan secara bergantian dengan Fotografi Seni Rupa, dan ada beberapa perselisihan tentang apakah ada perbedaan di antara keduanya. Namun, pemikiran utama adalah bahwa fotografi konseptual adalah jenis fotografi seni rupa. Fotografi seni rupa sudah termasuk fotografi konseptual. Sementara semua fotografi konseptual adalah seni rupa, tidak semua seni rupa adalah konseptual.

► Most Review

Apa Sih Itu Fotografer jalanan

             Fotografer jalanan / Street photography, juga kadang-kadang disebut candid candid, adalah fotografi yang dilakukan untuk se...